“Sedih banget… Hasna pernah dibilang aneh seperti binatang saat bermain, gara-gara wajah dan bibirnya yang bengkak..”

Hati siapa yang nggak remuk dengar anak sendiri diejek seperti itu? Bu Eti (38) hanya bisa memeluk Hasna erat, menahan air mata, walau hatinya hancur. Mereka yang mengejek tak tahu... Hasna (13 tahun) merasakan sakit, bukan hanya secara fisik, tapi juga batin.
Sejak lahir, di wajah Hasna ada tanda kebiruan. Awalnya dikira cuma tanda lahir. Tapi ternyata bukan. Satu bulan berlalu, pipi dan bibir Hasna mulai membengkak. Bu Eti panik, langsung membawanya ke puskesmas. Tapi tetap… belum ada jawaban. Hasna lalu dirujuk ke RS Koja. Sayangnya, alat medis di sana terbatas. Akhirnya Hasna dibawa ke RSCM Jakarta. Sudah dikasih obat, tapi tak ada perubahan.

Sampai akhirnya, Hasna kontrol ke bagian bedah saraf dan harus menjalani tindakan DSA—pemeriksaan untuk melihat kondisi arteri. Hasilnya? Mengejutkan.
Ternyata pembuluh darah Hasna kusut. Ia divonis menderita Malformasi Venolimfatik Regio Hemafacial Dekstra, sebuah penyakit langka berupa tumor pembuluh darah.

Bayangkan... di usianya yang baru menginjak 3 tahun, Hasna harus melewati kejang hebat sampai dirawat di ruang ICU RS Koja. Dua hari di ruang kritis.
Bu Eti nyaris kehilangan harapan. “Saat Hasna berada di ICU, saya benar-benar takut kehilangan dia. Saya sampai mimpi Hasna meninggal. Hasna anak pertama saya. Saya nggak tahu akan seperti apa hidup saya kalau Hasna pergi waktu itu…” -Bu Eti.
Hasna akhirnya dirujuk kembali ke RSCM untuk tindakan embolisasi. Setelah itu, ia menjalani serangkaian terapi: injeksi sclerotherapy, cek darah, rontgen. Sampai hari ini, Hasna sudah menjalani 10 kali injeksi sclerotherapy.

Tapi perjuangannya belum selesai, pengobatannya masih sangat panjang, sementara perkonomian keluarganya sangat tidak stabil. Ayah Hasna, Pak Mukromin (49), adalah seorang ojek online. Berangkat jam 7 pagi, pulang jam 9 malam. Tapi seringkali hanya bawa pulang Rp50 ribu… kadang nggak bawa sama sekali.
Dan dengan uang itu, mereka harus hidup. Makan, bayar kontrakan, beli susu khusus Hasna, pampers, obat-obatan, ongkos kontrol ke rumah sakit 4 kali seminggu. Belum lagi alat-alat medis seperti kanul tracheostomy yang harus rutin diganti dan semuanya tidak ditanggung.
Bahkan… Hasna sering tidak bisa minum susu karena uang hanya cukup untuk makan hari itu. Dan untuk memenuhi biaya pengobatan, mereka sudah pinjam ke mana-mana.

Bayangkan jika kamu ada di posisi Hasna. Kamu ingin bermain, tapi orang-orang menjauh karena wajahmu. Kamu ingin tertawa, tapi setiap hari justru harus menahan sakit. Kamu masih kecil… tapi dunia seperti tak memberi ruang untukmu merasa aman dan nyaman. Apakah kita tega membiarkan Hasna terus berjuang sendirian?
Hari ini, kita bisa jadi bagian dari harapan itu. Bantu Hasna agar bisa sembuh. Agar bisa bermain tanpa takut, tanpa sakit, tanpa ejekan. Ulurkan tanganmu. Jadilah alasan Hasna bisa bertahan. Yuk, bantu ringankan langkah hasna menuju kesembuhan.
Baca selengkapnya ▾